Oleh: Citra Anisya Wardani
Hingga saat ini pun saya masih belum menemukan alasan yang pas kenapa tes seleski CPNS punya pesona tersendiri bagi kalangan pencari kerja yang seakan tersihir dengan lalu lalang informasinya. Selain menjanjikan jaminan pekerjaan seumur hidup, gaji bulanan yang diberikan tidak terlalu menggiurkan dibandingkan dengan corporate swasta maupun BUMN raksasa di Indonesia.
Namun sebagai perempuan yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan swasta yang notabene cenderung ke-patriarki-an, saya punya alasan pribadi kenapa saya mendambakan jabatan abdi negara tersebut.
Sebagai karyawan swasta, selain jam kerja yang menguras energi, tekanan serta persaingan yang tidak sehat sering dijumpai di lingkungan karyawan perusahaan kami. Di sisi lain, demi menjalankan bisnisnya perusahaan terkadang membebankan tugas yang bahkan tidak sesuai dengan prinsip fundamental personal karyawannya, seperti manipulasi data bahkan aktual barang. Well…,mungkin yang saya sebutkan di atas tidak bisa dijadikan sebagai bahan patokan, nyatanya masih banyak perusahaan swasta yang menjalankan bisnisnya dengan bersih di luar sana.
Memikirkan tentang ‘mau dibawa kemana’ karir dan hidup saya nantinya, akhirnya untuk pertama kalinya saya memutuskan untuk mengikuti seleksi CPNS 2018. Sekilas saya membaca pengumuman formasi yang telah diterbitkan dan memutuskan untuk mendaftar pada Kementerian Luar Negeri. Dengan percaya diri saya mengingat-ingat dokumen serta sertifikat yang saya miliki dan rasanya sudah memenuhi persyaratan admisnistrasi yang dibutuhkan.
Karena batas akhir pendaftaraan masih cukup lama, saya tidak segera mendaftarkan diri ke website sscn. Pada minggu kedua saya baru registrasi akun sscn kemudian swafoto, itupun saya cicil beberapa hari karena harus mencuri-curi waktu di saat kerja hingga akhirnya sampailah saya pada tahap memilih formasi. Pada saat mengisi data, saya sedikit ragu karena pada edaran yang diterbitkan Kemenlu tertulis bahwa pendaftar boleh melampirkan sertifikat bahasa asing selain bahasa Inggris asalkan setara dengan nilai TOEFL 550. Pada saat itu saya belum upgrade TOEFL, sedangkan yang saya miliki hanya sertifikat Bahasa Jepang (JLPT) level N2. Biasanya ketika mengajukan beasiswa ke Jepang, JLPT level N2 sudah cukup untuk menjadi syarat kemampuan bahasa. Oleh karena itu, saya berasumsi bahwa JLPT N2 setara dengan TOEFL 550.
Kemudian saat melanjutkan pendaftaran, kolom isian kemampuan bahasa asing pada website sscn tidak sepadan dengan keterangan pada edaran Kemenlu, di sana kemampuan bahasa mutlak harus diisi dengan TOEFL 550. Alhasil galaulah saya, takut bila seleksi administrasi saja tidak tembus. Saya akhirnya memberanikan diri untuk bertanya melalui email pada pihak Kemenlu tentang kejelasan surat edaran Kemenlu dan website sscn yang tidak sepadan.
Esoknya saya baru mendapat balasan. Melalui surel, pihak Kemenlu menjelaskan bahwa meskipun website sscn memutlakkan sertifikat TOEFL, tetapi pada kenyataannya Kemenlu memperbolehkan sertifikat bahasa asing lain sebagai kelengkapan administrasi. Jadi intinya Kemenlu menghimbau agar tidak memusingkan masalah teknis pada website sscn. Saya sedikit lega, tetapi ketika membaca kelanjutan emailnya saya sedih ketika dijelaskan bahwa sertifikat bahasa Jepang yang setara dengan TOEFL 550 bukanlah JLPT N2, melainkan JLPT N1.
Berburulah saya sertifikat TOEFL kilat. Saya menghubungi hampir seluruh lembaga yang menyediakan pelayanan tes TOEFL. Namun sayang sekali tidak ada yang bisa mengeluarkan sertifikat TOEFL kurang dari 7 hari (mengingat saat itu sudah H-4 deadline). Akhirnya saya menyerah, lalu mendaftarkan diri pada Kementerian Kominfo yang syarat TOEFL-nya tidak terlalu tinggi. Meskipun sedikit kecewa, tapi besar harapan saya agar tetap bisa lolos ujian tes CPNS di tahun ini.
Kalau boleh menyimpulkan, saran saya untuk para pendaftar CPNS di tahun-tahun mendatang, perhatikan poin-poin berikut ini:
Sekian, selamat melanjutkan perjuangan untuk saya dan juga teman-teman sekalian. Satu kalimat penutup yang saya kutip dari dosen saya, Kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Meskipun banyak yang bilang bahwa lulus seleksi CPNS hanya sebuah masalah keberuntungan, tetapi saya percaya bahwa keberuntungan itu hanya 10 persen dari keberhasilan dan sisanya adalah kerja keras.
Pendaftaran seleksi PPPK 2024 semakin dekat waktu penutupannya. Tahap seleksi PPPK 2024 tahap pertama akan…
Pintar saja tidak cukup; kamu juga perlu ketenangan dalam menjawab 110 soal SKD (Seleksi Kompetensi…
Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2024 akan segera dibuka. Pemerintah telah menetapkan bahwa…
Pada artikel sebelumnya, kami telah menjelaskan beberapa poin penting yang bisa dilakukan oleh seorang penulis…
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam menulis sebuah cerita, menentukan karakteristik novel merupakan satu hal utama…
Beberapa diantara kamu mungkin adalah penulis pemula yang merasa cukup kesulitan dalam menerbitkan karya. Mungkin…