Oleh: Siti Hadianti
Euforia masyarakat Indonesia mengikuti Seleksi Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) masih terasa hingga hari ini, 12 Oktober 2018. Tentu saja, karena deadline pendaftaran online melalui situs resmi SSCN BKN diperpanjang hingga 15 Oktober 2018 dan penerimaan berkas juga diperpanjang tergantung instansi masing-masing. Hal ini tentu saja kabar yang sangat membahagiakan bagi kita semua karena kita akan punya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan segalanya lebih baik.
Tidak mengherankan jika banyak orang yang tertarik untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ada berbagai alasan mengapa orang memilih profesi ini, di antaranya adalah masa depan yang terjamin dengan adanya uang pensiun serta gaji dan tunjangan yang lumayan besar. Selain itu, prestige di mata masyarakat cukup tinggi. Ibaratnya, jika status kita adalah PNS maka kemungkinan calon mertua akan dengan cepat meng-iyakan kita untuk menjadi menantunya. Betul apa betul? Hehe.
Bagi saya sendiri, menjadi PNS merupakan sebuah kebanggaan. Ya, saya akan membuat keluarga, terutama ibu saya yang bangga jika saya menjadi seorang abdi negara. Well, for your information, saya dibesarkan dalam keluarga PNS. Ibu saya merupakan seorang bidan PNS dan almarhum ayah bekerja di Departemen Kesehatan bagian logistik yang juga adalah seorang PNS. Kakak perempuan saya seorang PNS di Kementerian Komunikasi dan Informatika sedangkan kakak ipar saya merupakan PNS di Mahkamah Konstitusi. Jadi, ya, saya dikelilingi oleh PNS.
Tahun ini menjadi ketiga kalinya saya mengikuti seleksi CPNS. Tadinya keinginan saya untuk menjadi PNS tidak begitu kuat. Seleksi pertama kali yang saya lakukan beberapa tahun lalu merupakan anjuran ibu saya. “Sudah Nak, jadi PNS saja”, begitu kata ibu saya dan saya tidak punya alasan untuk tidak menurutinya. Saat itu saya baru lulus S-1 dan saya ingat betul ketika tes, saya masih ditemani oleh almarhum ayah saya. Saya sampai mengikuti les persiapan tes CPNS di Bintaro yang biayanya tidak sedikit.
Pada percobaan pertama seleksi CPNS tersebut, kalau tidak salah sekitar tahun 2012 atau 2013, saya bisa mengikuti tahap Tes Kemampuan Bidang (TKB) setelah lolos tes tertulis Tes Kemampuan Dasar (TKD). Saya harus berkompetisi dengan sekitar 25 orang pada tahap TKB termasuk di antaranya banyak kakak senior saya. Sayangnya saya belum berhasil melawan mereka semua. Hehe.
Hampir Putus Asa
Saya sempat melupakan keinginan untuk menjadi PNS ketika melanjutkan studi S-2 di Jakarta dan mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar dari Erasmus+ ke Bulgaria pada tahun 2016. Pengalaman yang sungguh mahal harganya. Sepulangnya dari sana saya menikah dengan salah seorang teman seperjalanan saya yang berprofesi sebagai seorang dosen di sebuah perguruan tinggi di Lampung. Saya tidak pernah membayangkan harus tinggal sejauh itu, tapi namanya jodoh ya mau bagaimana.
Nah, pada akhir tahun 2017 ramai pemberitaan tentang seleksi CPNS. Keinginan saya timbul kembali dan kali ini lebih kuat. Ibu dan suami sangat mendukung keputusan saya untuk mencoba kembali. Kali itu, saya memilih formasi sesuai pendidikan terakhir saya, yaitu S-2 Pendidikan Bahasa Inggris. Saya memilih untuk menjadi dosen di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Saat itu saya memilih penempatan di sebuah kampus negeri di Bandung. Terbayang saya akan menjalani long distance dengan suami jika memang saya diterima. Atau pilihan lainnya adalah suami yang mengalah.
Alhamdulillah saya lulus seleksi administrasi. Saatnya melanjutkan ke tahap TKD. Masih tersimpan dalam memori saya, hari-hari yang saya lalui untuk belajar sendiri dengan bermodalkan buku pinjaman dari adik saya dan latihan soal dari internet. Saya membuat rangkuman pelajaran PPKn untuk menghadapi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Merangkum rumus-rumus matematika demi membabat habis Tes Intelegensi Umum (TIU) dan mencari tahu bagaimana seharusnya kepribadian seorang PNS itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Oh iya, adik saya juga sudah mencoba seleksi CPNS sebanyak dua kali tapi masih gagal. Sekarang dia sudah bekerja di sebuah rumah sakit di Tangerang Selatan. Katanya sih dia tidak akan mencoba lagi. Hehe.
Pada hari H tes, saya diantar oleh ibu, suami, serta adik saya ke Bandung. Mengapa ramai sekali orang yang menemani saya? Karena saat itu saya sedang hamil tua. Ya, saya berangkat ke Bandung seminggu sebelum Hari Perkiraan Lahir (HPL). Sungguh deg-degan. Alhamdulillah calon buah hati saya saat itu masih bisa diajak kompromi.
Sebelum tes dimulai, saya berkumpul di sebuah ruangan khusus dengan pejuang ibu hamil lainnya. Ya, saya tidak sendiri. Saya harus melawan sekitar 80 orang untuk memperebutkan 1 posisi sebagai dosen Bahasa Inggris. Keluarga yang menunggu saya di luar menanti dengan harap-harap cemas. Skor akhir saya sebenarnya lumayan bagus dan lolos passing grade. Namun karena kami memperebutkan 1 formasi, saya harus termasuk ke dalam 3 besar untuk lanjut ke tahap TKB dan sayangnya saya belum beruntung.
Pengelolaan CPNS Makin Membaik
Menurut saya, seleksi penerimaan CPNS dari tahun ke tahun semakin baik. Dulunya seleksi masih dilaksanakan dengan tes tertulis, kini sudah menggunakan CAT (Computer Assisted Test) di mana semuanya terintegrasi dengan komputer. Itu akan memudahkan panitia dan peserta dalam melakukan tes dan tentu saja diharapkan tidak ada kecurangan jika menggunakan sistem tersebut. Sungguh suatu progress yang amat baik dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Untuk kali ini pun, walaupun masih banyak kekurangan di antaranya server yang sering down karena banyaknya orang yang mengakses website di saat yang bersamaan, tim dari BKN memahami kegundahan masyarakat dengan memperpanjang masa seleksi. Ini merupakan keputusan yang patut diapresiasi. Selain itu, BKN juga memberikan kesempatan kepada banyak pihak untuk menjadi PNS, sebut saja formasi khusus untuk cumlaude, penyandang disabilitas, putra/putri Papua, dan lain-lain sehingga diharapkan seluruh masyarakat mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi abdi negara.
Kita pun kini bisa meng-update berapa banyak pelamar yang sudah melamar di formasi yang kita pilih sehingga kita bisa melihat berapa besar peluang kita untuk lolos. Ini sangat membantu pelamar CPNS. Kita jadi bisa memilih, let’s say, formasi yang pelamarnya masih 0, kan?
Begitu banyak cerita dalam seleksi tahun ini. Saya yang hobi berselancar di Instagram, sering introspeksi kalau melihat postingan orang lain tentang CPNS ini. Misalnya saja ada orang yang salah meng-upload foto diri dengan foto kucing. Kesalahan yang cukup fatal. Saya jadi bingung mau kasihan atau tertawa. In the end, mengikuti seleksi ini merupakan perjuangan tersendiri. Siapa yang memiliki strategi mumpuni, dialah yang berpeluang untuk menang. Kalau saya boleh memberikan tips dan ini mungkin sudah dilakukan banyak orang, kerjakanlah soal TKP terlebih dahulu karena soal ini tergolong soal yang mudah di antara yang lain.
Di usia saya yang menginjak 28 tahun pada tahun 2018 ini, saya masih memilih formasi yang sama seperti tahun lalu. Hanya saja saya memilih penempatan berbeda dan semoga lebih baik. Kali ini pun suami ingin mencoba peruntungannya. Itulah sekelumit cerita pengalaman nyata saya dalam mengikuti seleksi CPNS. Semoga kita semua mendapatkan hasil yang terbaik dan mampu mengabdikan diri untuk Indonesia tercinta. Pun jika belum lulus, saya akan mencoba lagi nanti. Salam CPNS!